Cari Blog Ini

Khamis, 15 November 2012

Rujukan: SABAR DAN REDHA

Dari Abu Abbas Abdullah bin Abbas r.a beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah (hubungan dengan) Allah, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan sahih”)

Dalam riwayat selain Tirmidzi dengan redaksi: “Jagalah (hubungan dengan) Allah, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cubaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.”

Kedudukan Hadits
Hadits ini sangat agung karena memuat wasiat Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat penting.

Menjaga Hak Hubungan Dengan Allah
Menjaga (hubungan dengan) Allah adalah dengan cara menjaga hak-hak Nya. Hak-hak Allah ada dua macam, yaitu hak-hak yang wajib dan hak-hak yang sunnah. Dengan menunaikan kewajiban, dan memelihara sunnah bererti telah menjaga (hubungan) Allah. Menjaga (hubungan) Allah dalam batasan yang wajib yaitu menegakan tauhid, dengan cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Lebih dari itu adalah sunnah. Manusia berbeda-beda derajatnya dalam menjaga (hubungan) Allah.

Menjaga Hubungan Dengan Allah
Menjaga hubungan dengan Allah terhadap manusia terwujud dalam dua bentuk, yaitu:
  1. Menjaga urusan dunianya, dalam bentuk menyehatkan badanya, melapangkan rezekinya, menjaga anak dan istrinya, dan lain-lain.
  2. Menjaga urusan agamanya. Fakta ini lebih penting dan lebih bernilai dari pada fakta sebelumnya. Bentuk penjagaannya berupa: hatinya bersih dari kotoran syubhat, senantiasa terikat dengan Allah, penuh rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertaubat kepada-Nya, dan anggota badanya terbebas dari memperturutkan hawa nafsu.
Melalaikan menjaga Alloh dapat berakibat hilangnya penjagaan Alloh terhadap dirinya.

Meminta Hanya Kepada Alloh
Hukum meminta hanya kepada Allah ada dua macam:
  1. Wajib, iatu meminta sesuatu yang tidak berdaya melakukannya kecuali Allah. Inilah tauhid dalam meminta di mana jika dipalingkan kepada selain Allah hukumnya syirik.
  2. Sunnah, yaitu dalam hal yang manusia mampu untuk melakukannya dan dia mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
TAWAKAL
Makna tawakal kepada Allah adalah mengambil sebab yang diperintahkan kemudian menyerahkan urusan kepada-Nya. Tawakal kepada Allah merupakan wujud keimanan yang sangat penting, bahkan merupakan wujud keimanan para nabi. Dan tawakal kepada makhluk adalah perbuatan yang sangat tercela. Sekalipun makhluk mampu untuk melakukan apa yang kita inginkan, kita tidak boleh bertawakal kepada makhluk.

Sabar Dan Redha
Sabar, khususnya ketika mendapatkan kesulitan adalah menjaga hati dari memberontak, menjaga lisan dari berkeluh kesah dan menjaga diri dari perbuatan yang terlarang. Ketika tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga disunahkan untuk redha bahkan jika mampu, bersyukur.
Redha terhadap musibah adalah yakin bahawa akibat dari musibah tersebut baik baginya, maka tidak ada perasaan seandainya musibah tersebut tidak datang. Adapun redha yang hukumnya wajib yaitu redha terhadap perbuatan Allah yang telah mendatangkan musibah. Dengan demikian terkait dengan musibah ada dua bentuk keredhaan, yaitu:
  1. Redha terhadap ketentuan Allah, hukumnya wajib.
  2. Redha terhadap musibah itu sendiri, hukumnya sunnah.

Rujukan: TAKDIR

Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud r.a, dia berkata: 
"Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: 'Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah(air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh(segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rezkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya. Maka demi Alloh yang tiada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada di antara kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang di antara kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.'" (HR. Bukhori dan Muslim)

Kedudukan Hadits
Hadits ini merupakan pangkal dalam bab taqdir, yaitu tatkala hadits tersebut menyebutkan bahwa taqdir janin meliputi 4 hal: rezqinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau celakanya.

Perkembangan Janin
Janin sebelum sempurna menjadi janin melalui 3 peringkat, iatu: 
air mani, segumpal darah, kemudian segumpal daging. Masing-masing lamanya 40 hari. 

Janin sebelum berbentuk manusia sempurna juga mengalami 3 peringkat, iaitu:
 Firman Allah di dalam surah Al-Hasyr: ayat 24, maksudnya "Dia-lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbihlah kepada Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
1. Taswir - iatu digambar dalam bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari.
2. Al-Khalq - iatu dibuat bahagian-bahagian tubuhnya.
3. Al-Barú - iatu penyempurnaan.

Surah di atas mengisyaratkan ketiga proses tersebut. Bertasbihlah kita kepada Allah. Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

Hubungan Ruh dengan Jasad
Ruh dengan jasad memiliki kaitan yang berbeda sesuai dengan keadaan dan waktunya dalam 4 bentuk hubungan:
1. Tatkala di rahim - Hubungan keduanya lemah (Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada jasad.)
2. Tatkala di alam dunia - Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada jasad (Sementara hubungan keduanya sesuai dengan kehendak kehidupan jasad.)
3. Tatkala di alam barzah - Kehidupan ketika itu dominasinya ada pada ruh.
4. Tatkala di alam akhirat - Kehidupan ketika itu sempurna pada keduanya. (Pada masa inilah hubungan keduanya sangat kuat.)

Penulisan Taqdir
Penulisan taqdir dalam 4 bentuk, iatu:
1. Taqdir saabiq - yaitu penulisan taqdir bagi seluruh makhluk di lauh mahfudz 50 ribu tahun sebelum penciptaan bumi dan langit.
2. Taqdir úmri - yaitu penulisan taqdir bagi janin ketika berusia 4 bulan.
3. Taqdir sanawi - yaitu penulisan taqdir bagi seluruh makhluk setiap tahunnya pada malam lailatul qodar.
4. Taqdir yaumi - yaitu penulisan terhadap setiap kejadian setiap harinya.
Keempat macam penulisan taqdir tersebut memungkinkan terjadinya perubahan kecuali pada taqdir sabiq. Sebagaimana firman Allah: (Surat Ar-Ra’d: 39).
"Taqdir Allah sama sekali bukan sebagai pemaksaan, Allah lebih tahu terhadap hambanya yang layak mendapatkan kebaikan dan yang tidak."

Iman kepada Taqdir
Beriman kepada taqdir akan menghasilkan rasa takut yang mendalam akan nasib akhir hidupnya dan menumbuhkan semangat yang tinggi untuk beramal dan istiqomah dalam ketaatan demi mengharap khusnul khatimah.
Beriman kepada taqdir bukanlah alasan untuk bermaksiat dan bermalas-malasan. Hati orang-orang yang shalih diantara 2 keadaan, yaitu khuatir tentang apa yang telah ditulis baginya atau khuatir tentang apa yang akan terjadi pada akhir hidupnya. Keadaan pertama hatinya para sabiqin dan keadaan ke-2 hatinya para abrar.

Rahasia Khusnul Khatimah dan Suúl Khatimah
Termasuk di antara kesempurnaan Allah yaitu menciptakan hamba Nya dengan berbagai macam keadaan. Di antara hambanya ada yang khusnul khatimah sebagai anugerah semata setelah mengisi lembaran hidupnya penuh dengan kejahatan dan di antara hambanya ada yang suúl khatimah sebagai keadilan semata setelah mengisi lembaran hidupnya penuh dengan ketaatan. Hamba pada jenis yang terakhir ini boleh terjadi pada hakikatnya tersimpan dalam hatinya kejahatan yang kemudian muncul secara lahir pada akhir hayatnya. Karena dalam suatu riwayat Rasulullah menyatakan bahwa amalan baik tersebut sekadar yang zahir pada pandangan manusia.

Jazakumullah.. Di petik dari:
Sumber: Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh
 Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam